Cara Menghadapi Teman yang Sering Menyinggung Perasaan Tanpa Harus Bermusuhan

 


Kita semua pasti pernah punya teman yang ucapannya terasa “tajam”. Kadang bukan karena mereka berniat jahat, tapi entah bagaimana, kata-katanya membuat hati kita tergores. Misalnya, saat kita sedang bercerita tentang pekerjaan, tiba-tiba ia menyelipkan komentar yang terkesan meremehkan. Atau ketika kita berbagi foto, ia menanggapi dengan candaan yang sebenarnya bikin kita tidak nyaman.

Masalahnya, orang seperti ini tidak selalu mudah dihindari. Bisa jadi dia teman lama, rekan kerja, bahkan bagian dari lingkaran pertemanan sehari-hari. Pertanyaannya: bagaimana cara menghadapi teman yang sering menyinggung perasaan, tanpa harus berujung permusuhan?

Mari kita bahas pelan-pelan, dengan memadukan pemahaman psikologi, logika sederhana, dan sedikit cerita kehidupan nyata.


1. Menyadari bahwa Setiap Orang Punya Gaya Komunikasi Berbeda

Bayangkan dua orang yang sama-sama bercanda. Yang satu terbiasa dengan humor halus, yang lain terbiasa dengan humor sarkastik. Bagi si pertama, candaan si kedua bisa terdengar kejam. Bagi si kedua, itu biasa saja.

Dalam psikologi komunikasi, ada yang disebut communication style cara orang mengekspresikan pikirannya. Ada yang blak-blakan, ada yang penuh basa-basi, ada juga yang suka melucu dengan cara ekstrem. Jadi, sering kali yang kita anggap menyinggung, sebenarnya adalah “kebiasaan komunikasi” mereka.

Bukan berarti kita harus menerima semua ucapan mereka mentah-mentah, tapi menyadari hal ini bisa membuat kita lebih tenang. Kita jadi paham: “Oh, mungkin dia bukan benar-benar berniat menyakiti, hanya gaya komunikasinya yang berbeda dari kita.”


2. Mengendalikan Reaksi Diri Sebelum Bereaksi pada Orang Lain

Salah satu kunci menghadapi orang yang menyinggung adalah mengendalikan respon kita sendiri. Mengapa? Karena kita tidak bisa mengontrol apa yang keluar dari mulut orang lain, tapi kita bisa mengontrol bagaimana kita menafsirkan dan menanggapi.

Ada satu cerita menarik. Seorang teman pernah bilang begini:

> “Aku dulu gampang marah kalau ada yang nyeletuk. Tapi lama-lama aku sadar, marah itu capek. Jadi aku belajar untuk berhenti sejenak, tarik napas, dan tanya ke diri sendiri: apakah komentar ini benar-benar soal aku, atau lebih mencerminkan dirinya?”

Ketika kita berhenti sejenak, otak kita punya kesempatan menilai situasi dengan lebih rasional. Hasilnya, kita tidak langsung terseret emosi, melainkan bisa memilih reaksi yang lebih sehat.


3. Menyampaikan Perasaan dengan Cara yang Tepat

Jika ucapan teman benar-benar sudah melewati batas, jangan dipendam terlalu lama. Dalam ilmu komunikasi, ada teknik yang disebut assertive communication berbicara jujur tentang perasaan kita tanpa menyerang.


Contohnya:

Bukan: “Kamu tuh selalu bikin sakit hati!”

Tapi: “Aku merasa agak tersinggung waktu kamu bilang begitu. Mungkin maksudmu bercanda, tapi buat aku rasanya agak berat.”

Bedanya ada pada fokus kalimat. Kita tidak menyerang pribadi dia, melainkan menyampaikan perasaan kita. Dengan begitu, peluang untuk didengar jadi lebih besar, dan risiko permusuhan lebih kecil.


4. Menentukan Batasan dalam Hubungan

Setiap hubungan, bahkan pertemanan, butuh batasan sehat (healthy boundaries). Kalau ada teman yang terus-terusan menyinggung, kita perlu berani menentukan seberapa jauh kita mau terlibat dengannya.

Misalnya, jika setiap nongkrong dengannya selalu berakhir dengan hati kesal, mungkin kita bisa mengurangi intensitas pertemuan. Atau kalau dia suka menyinggung lewat chat, kita bisa lebih selektif menanggapi.

Menentukan batasan bukan berarti memutus pertemanan. Justru ini adalah cara menjaga hubungan tetap sehat. Kita menghargai dia sebagai teman, tapi juga menjaga kesehatan mental kita sendiri.


5. Melatih Empati: Coba Lihat dari Sudut Pandang Mereka

Kadang-kadang, orang yang sering menyinggung justru sedang membawa beban sendiri. Komentar pedasnya mungkin cerminan rasa insecure atau masalah pribadinya.

Contoh nyata: ada seorang rekan kerja yang selalu terlihat sinis pada pencapaian orang lain. Awalnya, semua orang kesal padanya. Tapi setelah tahu bahwa dia sebenarnya merasa tertekan karena belum mencapai target pribadi, sikap tim mulai berubah bukan lagi marah, tapi lebih banyak memahami.

Melatih empati bukan berarti kita membiarkan diri terus disakiti. Tapi dengan melihat lebih dalam, kita bisa menanggapi dengan hati yang lebih tenang.


6. Tidak Semua Hal Harus Ditanggapi

Ada saatnya kita perlu membedakan: mana komentar yang penting ditanggapi, mana yang lebih baik diabaikan.

Kalau setiap kali ada ucapan menyinggung kita selalu reaktif, energi kita bisa cepat terkuras. Padahal, sebagian komentar mungkin hanya sepele atau keluar tanpa dipikir.

Prinsip sederhana: jika komentar itu tidak memengaruhi hidup kita secara nyata, biarkan saja lewat. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar berharga bagi kita.


7. Menyadari Kapan Harus Jaga Jarak

Ada kalanya, meski sudah berusaha sabar, komunikasi tetap tidak sehat. Kalau begitu, mungkin inilah tanda untuk menjaga jarak. Bukan berarti memutus pertemanan secara dramatis, tapi cukup menjaga interaksi tetap sopan tanpa harus dekat.

Kita bisa tetap menyapa, tetap menghargai, tapi tidak perlu terlalu sering membuka ruang bagi komentar yang melukai. Ini bukan tindakan egois, melainkan bagian dari self-care.


8. Mengubah Sudut Pandang: Dari Sakit Hati Jadi Kesempatan Belajar

Setiap pengalaman, termasuk disinggung teman, bisa jadi bahan belajar. Kita bisa melatih diri untuk lebih kuat, lebih bijak, dan lebih peka terhadap orang lain.

Bayangkan kalau setiap kali disinggung, kita belajar mengolah perasaan, memilih kata yang lebih baik, atau menambah kesabaran. Bukankah itu justru membuat kita tumbuh sebagai pribadi?


Menghadapi teman yang sering menyinggung memang tidak mudah. Tapi ingat, hidup ini bukan tentang menghindari semua masalah, melainkan tentang bagaimana kita meresponsnya.

Dengan menyadari perbedaan gaya komunikasi, mengendalikan reaksi, berani menyampaikan perasaan, menjaga batasan, hingga melatih empati, kita bisa tetap menjaga hubungan baik tanpa harus mengorbankan kesehatan batin.

Karena pada akhirnya, kita tidak bisa mengontrol ucapan orang lain. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengontrol diri sendiri, memilih sikap yang lebih tenang, dan menjaga pertemanan tetap sehat tanpa harus bermusuhan.

Posting Komentar untuk "Cara Menghadapi Teman yang Sering Menyinggung Perasaan Tanpa Harus Bermusuhan"