5 Hal yang jarang orang tahu tentang hidup dengan anxiety
Kamu tahu nggak, kadang anxiety itu datangnya bukan karena ada masalah besar. Kadang cuma karena kita harus ketemu orang baru, atau harus menghadiri acara pernikahan. Kedengarannya sepele, tapi buat orang yang hidup dengan anxiety, momen-momen kayak gitu bisa bikin jantung berdebar, telapak tangan basah, dan pikiran jadi campur aduk.
Anxiety disorder adalah salah satu gangguan mental yang paling umum di dunia. Data dari World Health Organization menunjukkan sekitar 4% populasi global mengalaminya. Tapi meski angkanya tinggi, masih banyak miskonsepsi dan hal-hal yang nggak banyak orang pahami tentang bagaimana rasanya hidup dengan kondisi ini. Yuk, kita bahas lima hal yang jarang diketahui, tapi penting banget untuk dipahami.
1. Anxiety Bukan Cuma Perasaan Cemas Biasa Ini Melibatkan Respons Fisik yang Nyata
Banyak orang mengira anxiety cuma "kebanyakan mikir" atau "terlalu sensitif." Padahal, yang terjadi di dalam tubuh orang dengan anxiety jauh lebih kompleks dari itu.
Ketika seseorang mengalami serangan kecemasan, sistem saraf simpatis mereka aktif seolah-olah sedang menghadapi ancaman nyata. Tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Akibatnya? Jantung berdebar kencang, napas jadi pendek, otot tegang, perut mual, bahkan kadang sampai pusing atau merasa seperti mau pingsan.
Bayangkan kamu lagi jalan santai, tiba-tiba ada harimau muncul di depan. Tubuhmu langsung siaga, kan? Nah, buat orang dengan anxiety, reaksi fisik itu bisa muncul bahkan tanpa ada "harimau" yang sebenarnya. Bisa jadi cuma karena harus presentasi di kantor, atau bahkan cuma karena bangun tidur dan merasa hari ini "terasa salah."
Ini bukan dibuat-buat. Ini respons biologis yang sungguhan. Jadi, kalau ada teman atau keluarga yang bilang mereka lagi mengalami anxiety, percayalah mereka benar-benar sedang berjuang.
2. Orang dengan Anxiety Bisa Terlihat Sangat Tenang di Luar
Ini yang sering bikin orang nggak nyadar seseorang bisa terlihat baik-baik aja di permukaan, padahal di dalam pikiran mereka itu berisik sekali.
Ada istilah "high-functioning anxiety," di mana seseorang tetap bisa menjalankan rutinitas sehari-hari, bahkan terlihat produktif dan sukses, tapi sebenarnya mereka berjuang keras melawan kecemasan yang konstan. Mereka datang tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan dengan baik, bahkan mungkin jadi orang yang paling rajin di tim. Tapi di balik itu semua, ada suara di kepala yang terus bertanya "Apakah aku cukup baik? Apakah aku bakal gagal? Apakah orang-orang sebenernya nggak suka sama aku?"
Seorang teman pernah cerita, dia selalu terlihat ceria dan ramah di kantor. Tapi tiap kali ada meeting, dia harus pergi ke toilet dulu untuk menenangkan diri karena tangannya gemetar dan perutnya mual. Orang-orang di sekitarnya nggak ada yang tahu, karena dia pintar menyembunyikannya.
Jadi, jangan pernah anggap remeh seseorang cuma karena mereka "terlihat oke." Kadang, mereka yang paling terlihat kuat justru yang sedang berjuang paling keras.
3. Overthinking Bukan Cuma "Banyak Mikir" Ini Adalah Siklus yang Melelahkan
Kalau kamu pernah denger orang dengan anxiety bilang mereka "overthinking," itu bukan sekedar mikirin sesuatu berulang-ulang. Ini adalah siklus rumitif yang sangat melelahkan secara mental.
Overthinking pada anxiety sering kali berbentuk "rumination" di mana pikiran terus berputar pada skenario terburuk yang mungkin terjadi. Misalnya, setelah ngobrol sama atasan, mereka bisa menghabiskan berjam-jam menganalisis setiap kata yang mereka ucapkan. "Kenapa tadi aku bilang begitu? Apa dia jadi nganggap aku bodoh? Apa aku bakal dipecat?"
Yang lebih melelahkan lagi, mereka sadar bahwa pikiran itu nggak masuk akal. Tapi otak mereka nggak bisa berhenti. Rasanya seperti roda hamster yang terus berputar tanpa henti, dan kamu nggak bisa turun.
Penelitian menunjukkan bahwa rumination ini bisa memperburuk gejala anxiety dan bahkan memicu depresi. Otak orang dengan anxiety cenderung lebih sensitif terhadap ketidakpastian, sehingga mereka terus mencari "jawaban" atau "kepastian" yang sebenarnya nggak bisa didapat.
Ini bukan kelemahan. Ini bukan karena mereka nggak bisa "move on." Ini adalah cara otak mereka bekerja, dan butuh bantuan profesional serta strategi khusus untuk mengelolanya.
4. Anxiety Bisa Membuat Orang Menghindari Hal-Hal yang Sebenarnya Mereka Inginkan
Ini salah satu aspek paling menyedihkan dari anxiety kondisi ini bisa membuat seseorang melewatkan peluang, hubungan, atau pengalaman yang sebenarnya mereka inginkan.
Seseorang mungkin nggak datang ke undangan pernikahan sahabat karena takut bertemu orang banyak. Seseorang mungkin nolak promosi jabatan karena takut nggak mampu. Seseorang mungkin nggak jadi ikut travelling impian karena cemas dengan hal-hal yang "bisa" terjadi.
Ini namanya "avoidance behavior," dan sayangnya, ini adalah strategi yang sering dipakai orang dengan anxiety untuk mengelola kecemasan mereka. Mereka tahu bahwa kalau mereka menghindari situasi yang bikin cemas, mereka akan merasa "aman" untuk sementara. Tapi dalam jangka panjang, avoidance justru memperkuat anxiety.
Bayangkan kamu takut berenang. Kalau kamu terus menghindari kolam renang, rasa takutmu nggak akan hilang malah makin besar. Begitu juga dengan anxiety. Semakin kita menghindari hal yang bikin cemas, semakin besar kekuatan anxiety atas hidup kita.
Dan yang paling menyakitkan, orang-orang di sekitar sering nggak mengerti kenapa mereka "nggak mau" datang atau "nggak mau" coba. Padahal, bukan nggak mau—tapi lagi berjuang dengan monster di dalam kepala mereka sendiri.
5. Hidup dengan Anxiety Tidak Berarti Hidup Tanpa Harapan
Ini yang paling penting meskipun anxiety bisa terasa sangat berat, kondisi ini bisa dikelola dan kualitas hidup bisa membaik.
Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) telah terbukti sangat efektif membantu orang dengan anxiety mengubah pola pikir dan perilaku yang memperburuk gejala. Ada juga teknik-teknik lain seperti mindfulness, grounding, dan terapi eksposur yang bisa membantu seseorang belajar menghadapi kecemasan mereka secara bertahap.
Obat-obatan juga bisa menjadi pilihan, dan nggak ada yang salah dengan itu. Kadang, otak kita butuh bantuan kimia untuk bisa berfungsi dengan lebih baik sama seperti orang dengan diabetes butuh insulin.
Yang paling penting, hidup dengan anxiety bukan berarti kamu lemah. Banyak orang dengan anxiety yang sangat tangguh, kreatif, dan penuh empati. Mereka belajar memahami diri mereka sendiri dengan cara yang sangat mendalam. Mereka tahu kapan harus istirahat, kapan harus minta tolong, dan bagaimana menghargai kemenangan-kemenangan kecil.
Jika kamu yang sedang berjuang dengan anxiety, ingatlah kamu nggak sendirian. Ada jutaan orang di luar sana yang merasakan hal yang sama. Dan yang lebih penting, ada bantuan yang tersedia. Berbicara dengan profesional kesehatan mental bisa jadi langkah pertama yang mengubah hidup.
Posting Komentar untuk "5 Hal yang jarang orang tahu tentang hidup dengan anxiety"
Posting Komentar