Seni bersikap bodo amat terhadap orang lain yang membenci kita?

sedang membenci kita


Seiring dengan bertambahnya usia, 

saya mulai memahami bahwa ada banyak pemikiran dan sindiran dari orang lain yang ditujukan kepada kita. Ini bukan hanya berlaku saat kita menjadi dewasa, namun juga saat kita berkuliah. 

Misalnya, 

ketika seseorang sudah lulus kuliah tapi belum mendapatkan pekerjaan, 

mungkin akan muncul sindiran seperti "Kenapa belum bekerja?" 

Atau,

ketika pencapaian kita dibandingkan dengan orang lain, mungkin ada pertanyaan seperti "Kapan kamu mau beli mobil?" atau "Sudah punya anak belum?"

Saya yakin beberapa dari kalian yang sedang membaca artikel ini pernah mengalami hal serupa. 

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sebenarnya mencerminkan pemikiran yang tidak selalu positif. 

Bahkan, 

seringkali pemikiran ini bisa membuat kita menjadi sasaran sindiran, atau bahkan kita sendiri ikut menyindir orang lain.

Saya bertanya-tanya,

mengapa begitu banyak orang suka menyindir atau membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan suka bertanya tentang hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu relevan? 

Menurut saya, 

hal ini tidak sepenuhnya relevan di era saat ini, dan saya bertanya-tanya apakah ada yang salah jika kita memiliki cara berpikir atau perilaku yang berbeda dari norma masyarakat pada umumnya.

Dalam artikel ini,

saya akan membahas alasan orang suka menyindir, dan memberikan strategi serta pemikiran yang bisa kalian terapkan untuk mengabaikan omongan orang lain yang sebenarnya tidak terlalu penting. 

Apakah omongan tersebut benar-benar tidak penting? 

Mungkin tidak selalu, tapi yuk kita simak artikel ini sampai selesai agar kalian bisa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

Oke, 

mari kita mulai dari dasar. 

Orang-orang yang suka menyindir atau memiliki ekspektasi bahwa orang lain harus hidup sesuai dengan standar tertentu biasanya memiliki pemikiran biner. 

Pemikiran biner adalah cara berpikir yang melihat dunia dalam perspektif hitam dan putih, di mana sesuatu dianggap benar atau salah, baik atau buruk.

Pemikiran biner ini telah ada sejak zaman kuno, seperti konsep Yin dan Yang di China yang menjelaskan keseimbangan antara dua kekuatan yang berlawanan. 

Di era pertengahan, 

pemikiran biner berkembang pesat dalam masyarakat religius dengan konsep baik dan jahat, surga dan neraka, serta pahala dan dosa.

Namun, 

pemikiran biner ini tidak selalu rasional. 

Seringkali, 

ini melibatkan generalisasi berlebihan terhadap sesuatu yang kompleks dan asumsi yang terlalu sederhana. 

Mengapa masih banyak orang yang berpikir biner? 

Ada beberapa alasan, terutama terkait dengan norma dan budaya serta sistem pendidikan di Indonesia.

Norma dan budaya di Indonesia cenderung mendorong pemikiran biner dengan standar sosial yang kuat. 

Sistem pendidikan juga seringkali menekankan pada jawaban yang benar atau salah, tanpa memberikan ruang untuk berpikir kritis.

Bagaimana cara mengatasinya? 

Pertama, tanamkan pemikiran bahwa dunia tidak hanya hitam dan putih. Segala sesuatu bisa memiliki nuansa yang kompleks dan kontradiktif. 

Kedua, coba terapkan cara berpikir probabilistik, di mana Anda menilai sesuatu berdasarkan konteks dan kemungkinannya, bukan hanya berdasarkan asumsi yang bersifat hitam putih.

Selain itu, 

jangan terlalu memusingkan apakah Anda disukai atau dibenci oleh orang lain. 

Berikan perhatian utama pada pencapaian Anda dan jangan terlalu terpengaruh oleh opini orang lain yang mungkin masih terperangkap dalam pemikiran biner.

Akhirnya, 

jadilah diri Anda sendiri tanpa terlalu memikirkan harapan orang lain. 

Jika Anda merasa terganggu oleh sindiran atau komentar orang lain, jangan ragu untuk mencari bantuan dan berkonsultasi dengan ahli. 

Semoga dengan hidup dengan pemikiran yang lebih terbuka, Anda dapat menghindari jebakan pemikiran biner dan mencapai kesuksesan sesuai dengan definisi Anda sendiri.

Posting Komentar untuk "Seni bersikap bodo amat terhadap orang lain yang membenci kita?"