Menjadi orang kaya itu tidak selalu tentang memiliki uang yang banyak

Menjadi orang kaya


Kalau masih berpikir bahwa orang kaya adalah orang yang memiliki banyak aset, itu tidak salah. Namun, jika kita berpikir bahwa orang kaya hanya berarti memiliki banyak aset dan tidak memiliki hutang, itu juga tidak benar. 

Mengapa? Karena meskipun seseorang memiliki banyak aset, jika mereka tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, tidak memiliki teman, atau mengalami masalah lainnya, mereka sebenarnya tidak kaya. Bahkan, ada juga kasus orang kaya yang mengalami depresi atau bahkan mencoba bunuh diri.

Faktanya, 76% masyarakat Indonesia tidak mengelola uang mereka dengan baik. Mereka lebih memprioritaskan gaya hidup yang tidak mereka butuhkan daripada memenuhi kebutuhan yang esensial atau meningkatkan kualitas hidup yang benar-benar penting. 

Bahkan, mayoritas orang Indonesia belum memahami apa itu investasi. Jadi, menjadi kaya tidak hanya tentang memiliki banyak aset atau tidak memiliki hutang. Lebih penting lagi, kita perlu belajar bagaimana mengelola uang dengan bijaksana, memprioritaskan kebutuhan yang esensial, dan memahami konsep investasi. 

Dengan cara ini, kita dapat membangun kekayaan yang sejati dan meningkatkan kualitas hidup kita secara berkelanjutan. Nah, fenomena ini membuat saya bertanya-tanya mengapa masih banyak orang yang lebih ingin terlihat kaya daripada benar-benar menjadi orang kaya. Mengapa masih banyak orang yang sudah kaya tapi merasa depresi? Apa yang salah?

Kita akan membahas aspek psikologi dari masalah finansial dalam segmen kali ini di Geo Finance. Dalam segmen ini, kita akan membahas bagaimana aspek psikologi mempengaruhi keputusan finansial kita setiap hari. Tentunya, kita akan menggunakan kurikulum Life Skills dari satu persen sebagai panduan dalam pembahasan ini. 

Jadi, tetaplah mendengarkan sampai selesai agar kita dapat memahami desain keseluruhan. Ketika melihat kurikulum Life Skills dari satu persen, kita akan menyadari bahwa kekayaan bukan hanya tentang uang semata. Kita tidak pernah melihat seseorang menjadi kaya hanya dari memenangkan lotre. Itu karena jika mindset seseorang masih miskin, mereka akan tetap miskin.

Hal yang sama berlaku untuk petani di Tuban yang menjual tanah mereka dan orang lain yang terus mencari kekayaan tanpa memperhatikan aspek psikologis yang penting. Akhirnya, kita sering membeli berbagai barang seperti mobil, rumah, dan lain sebagainya, tetapi uangnya cepat habis. Mungkin kita pernah melihat berita-berita seperti ini. Namun, menurut kurikulum Life Skills, kekayaan bukan hanya tentang uang semata. 

Ketika kita mencapai level 3 dalam kurikulum, artinya kita sudah setengah jalan atau bahkan sudah lulus, itu karena beberapa alasan.

Pertama, kita sudah bisa memenuhi semua kebutuhan dasar kita dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Kita memiliki hubungan epic dan minor yang baik, sehingga kita tidak akan mengalami masalah dalam hidup. 

Kedua, kita sudah memiliki proteksi yang baik, seperti dana darurat dan asuransi. Kita juga memiliki investasi yang likuid yang dapat diambil kapan saja jika ada kebutuhan mendesak. Selain itu, kita juga tidak terlalu tergantung pada dunia digital sehingga tidak mudah dibatalkan oleh siapa pun. Hidup kita sudah berjalan dengan baik.

Ketiga, ada beberapa aspek yang termasuk dalam hal ini, tetapi intinya adalah kita menjadi kaya ketika kita merasa bahagia, sehat, dan produktif. Kesejahteraan kita tidak hanya tergantung pada kekayaan materi, tetapi juga pada kebahagiaan, kesehatan, dan produktivitas kita dalam menjalani kehidupan. 

Jadi, kekayaan sejati adalah ketika kita memiliki keseimbangan dalam semua aspek kehidupan kita dan merasa bahagia, sehat, dan produktif. Jadi, jika kita sehat, bahagia, dan produktif dalam segala hal yang kita lakukan, itu berarti kita sudah kaya. Kekayaan sejati tidak hanya tentang memiliki uang, tetapi juga mencakup kesejahteraan fisik, emosional, dan produktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketika kita mencapai level 4 dalam kurikulum Life Skills, itu berarti kita memiliki literasi finansial yang baik dan mampu mengelola aset kita dengan baik. Kita mungkin memiliki anak atau berkontribusi dalam mengedukasi orang lain, memberikan dampak positif pada mereka. Ini berarti kita tidak hanya memikirkan diri sendiri atau keluarga, tetapi juga memberikan manfaat kepada orang lain.

Kekayaan bukan hanya tentang jumlah uang yang kita miliki, seperti memiliki 1 juta atau 10 juta. Bahkan, kita bisa menjadi office boy dengan penghasilan rendah, tetapi masih bisa menjadi kaya. 

Misalnya, jika kita bekerja sebagai office boy di luar negeri dan kemudian kembali ke Indonesia, situasi dan kondisi kekayaan kita akan berbeda. Kondisi kekayaan kita juga akan berbeda dengan perubahan zaman dalam 20 tahun ke depan.

Jadi, kekayaan sejati tidak hanya tergantung pada keadaan finansial saat ini, tetapi juga pada kesehatan, kebahagiaan, dan produktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus beradaptasi dengan perubahan zaman dan situasi untuk mencapai kekayaan sejati dalam hidup kita.

Ketika kita melihat dalam film-film fiksi ilmiah, seperti dalam konsep ekstrapolisi, ketika kondisi iklim sudah sangat parah, orang yang kaya adalah mereka yang memiliki rumah di dataran tinggi karena mereka tidak terkena panas yang ekstrem.

Jadi, menjadi miskin atau kaya itu relatif. Sebenarnya, kekayaan tidak hanya tentang barang-barang mewah atau bagaimana terlihat kaya. Namun, menjadi orang kaya sejati adalah menjadi orang yang memiliki literasi finansial yang kuat, setidaknya secara formal.

Literasi finansial yang solid sangat penting untuk mencapai kekayaan sejati. Jadi, bisa dikatakan bahwa jika seseorang tidak memiliki banyak uang, itu tidak berarti mereka kaya. Namun, saya tidak mengatakan bahwa semua orang harus memiliki banyak uang. 

Semoga Anda memahami logika di baliknya. Namun, literasi finansial yang baik adalah bagian dari level 3 dalam kurikulum Life Skills, yaitu Intermediate Personal Finance. Pada level 1, kita belajar tentang dasar-dasar keuangan, seperti perencanaan anggaran dan menabung. Pada level 3, kita telah mencapai pemahaman konsep, alat, dan strategi keuangan yang lebih mendalam. Ini mencakup pemahaman tentang konsep keuangan, alat-alat keuangan, strategi keuangan, dan lain sebagainya.

Nah, fenomena ini membuat saya bertanya-tanya mengapa masih banyak orang yang lebih ingin terlihat kaya daripada benar-benar menjadi orang kaya. Mengapa masih banyak orang yang sudah kaya tapi merasa depresi? Apa yang salah?

Kita akan membahas aspek psikologi dari masalah finansial dalam segmen kali ini di Geo Finance. Dalam segmen ini, kita akan membahas bagaimana aspek psikologi mempengaruhi keputusan finansial kita setiap hari. Tentunya, kita akan menggunakan kurikulum Life Skills dari satu persen sebagai panduan dalam pembahasan ini. 

Jadi, tetaplah mendengarkan sampai selesai agar kita dapat memahami desain keseluruhan. Ketika melihat kurikulum Life Skills dari satu persen, kita akan menyadari bahwa kekayaan bukan hanya tentang uang semata. Kita tidak pernah melihat seseorang menjadi kaya hanya dari memenangkan lotre. Itu karena jika mindset seseorang masih miskin, mereka akan tetap miskin.

Hal yang sama berlaku untuk petani di Tuban yang menjual tanah mereka dan orang lain yang terus mencari kekayaan tanpa memperhatikan aspek psikologis yang penting.

Dalam kurikulum Life Skills, salah satu aspek penting dalam mencapai kekayaan sejati adalah literasi finansial yang solid. Literasi finansial memungkinkan kita untuk membuat keputusan investasi yang tepat. Orang kaya biasanya melakukan diversifikasi aset mereka, seperti properti, bisnis, saham, obligasi, reksadana, dan lain sebagainya. 

Mereka memahami bahwa setiap aset memiliki risiko dan tujuan yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki konteks, situasi, dan kondisi yang berbeda, sehingga pilihan investasi mereka juga berbeda.

Dalam kurikulum Life Skills, kita juga belajar tentang perencanaan kehidupan yang penting. Orang kaya memahami pentingnya merencanakan masa depan mereka dalam jangka waktu 5, 10, atau bahkan 20 tahun ke depan. 

Mereka tidak hanya memikirkan uang, tetapi juga faktor-faktor lain seperti kesehatan, lingkungan, dan kebahagiaan. Mereka memiliki prioritas yang berbeda-beda, dan itulah yang membedakan mereka.

Jadi, menjadi kaya bukan hanya tentang memiliki banyak uang atau barang mewah semata. Itu melibatkan pemahaman tentang literasi finansial, diversifikasi aset, perencanaan kehidupan, dan kemampuan untuk memilih investasi yang tepat sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansial kita. 

Jadi, jangan lupa untuk mempertimbangkan dengan bijak dalam memilih aset investasi yang tepat untuk mencapai tujuan finansial kita.

Posting Komentar untuk "Menjadi orang kaya itu tidak selalu tentang memiliki uang yang banyak"